--> Skip to main content

Sejarah Islam Pada Masa Bani Umayyah Setelah Ali bin Abi Tholib

Pada akhir masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, umat Islam dibagi menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Syiah, Muawiyah, dan Khawarij. Situasi ini tentu saja tidak menguntungkan bagi Ali, sehingga posisi Ali semakin lemah, sementara posisi Muawiyah semakin kuat. Dan pada 40 H (660 M), Ali dibunuh oleh seorang anggota Khawarij.

Setelah Ali bin Abi Thalib meninggal, posisinya sebagai khalifah dipegang oleh putranya Hasan. Namun, karena orang-orang Kufah tidak mendukungnya, seperti sikap mereka terhadap ayahnya, Hasan menjadi semakin lemah, sementara Muawiyah tumbuh lebih kuat. Jadi Hasan menandatangani perjanjian damai dengan Muawiyah dengan menghapus posisi khilafah untuk Muawiyah pada tahun 41 H (661 M), sehingga tidak akan ada pertumpahan darah yang sia-sia. Perjanjian tersebut dapat menyatukan umat Islam dalam kepemimpinan politik, yaitu di bawah kepemimpinan Muawiyah bin Abi Sufyan. Tahun dalam sejarah dikenal sebagai tahun al-Jama'ah (tahun persatuan), sebagai tanda bahwa umat Islam secara aklamasi sepakat hanya memiliki satu khalifah. Di sisi lain penyerahan itu menjadikan Muawiyah penguasa mutlak dalam Islam. Dengan demikian, akhir dari apa yang disebut periode Khulafa 'al-Rashidin bersifat demokratis, dan kekuatan Bani Umayyah dimulai dalam sejarah keturunan politik Islam.

Baca Juga : Tuntunan Sholat Tarawih Lengkap


Memasuki periode pemerintahan Mu'awiyyah yang menjadi awal pemerintahan Umayyah, pemerintahan yang demokratis berubah menjadi Monarchiheridatis (kerajaan turun-temurun). Ia bermaksud meniru monarki di Persia dan Bizantium. Dia masih menggunakan istilah Khalifah, tetapi dia memberikan interpretasi baru dari kata-kata itu untuk memuliakan posisi itu. Dia menyebutnya "Khalifah Allah" dalam arti "penguasa" yang ditunjuk oleh Allah. Ibu kota negara itu memindahkan Muawiyah dari Madinah ke Damaskus, tempat ia mengambil alih kekuasaan sebagai gubernur sebelumnya. Aturan Umayyah adalah sekitar 90 tahun.
Suksesi kepemimpinan dari generasi ke generasi dimulai ketika Muawiyah bin Abu Sufyan Radhiallahu ajibkan anhu mewajibkan semua umatnya untuk menyatakan setia kepada anak-anak mereka (Yazid Ibnu Muawiyah Rahimahullah). sejumlah tokoh terkemuka di Madinah tidak mau setia kepadanya. Kemudian Yazid mengirim surat kepada Gubernur Madianh, memintanya untuk memaksa penduduk untuk mengambil sumpah kesetiaan kepadanya. Dengan cara ini, semua orang dipaksa untuk tunduk kecuali Husein bin Ali dan Abdullah bin Zubair. Bersamaan dengan itu, Syi'ah (pengikut Ali) mengkonsolidasikan (menggabungkan) kekuatan kembali. Perlawanan terhadap Bani Umayyah dimulai oleh Hussein bin Ali.

Setelah Khulafa Rashidid Khilafah selesai, Khalifah pindah ke Bani Umayyah dengan Khalifah Mu'awiyyah yang pertama. Sedangkan khalifah terakhir adalah Marwan bin Muhammad bin Marwan bin Hakam.

Baca Juga : Fadhilah Mengerjakan Sholat Tarawih Di Bulan Suci Ramadhan

Masa kekuasaan mereka sebagai berikut:

1. Mu'awiyah I bin Abu Sufyan (40-61H / 661-680M)
2. Yazid I bin Mu'awiyah (61-64H / 680-683M)
3. Mu'awiyah II bin Yazid (64-65H / 683-684M)
4. Marwan bin Hakam (65-66H / 684-685M)
5. Abdul Malik bin Marwan (66-68H / 685-705M)
6. Al-Walid I bin Abdul Malik (86-97H / 705-715M)
7. Sulaiman bin Abdul Malik (97-99H / 715-717M)
8. Umar bin Abdul Aziz (99-102H / 717-720M)
9. Yazid II bin Abdul Malik (102-106H / 720-724M)
10. Hisyam bin Abdul Malik (106-126H / 724-743M)
11. Al-Walid II bin Yazid (126-127H / 743-744M)
12. Yazid III bin Walid (127H / 744M)
13. Ibrahim bin Malik (127H / 744M)
14. Marwan II bin Muhammad (127-133H / 744-750M)

Khalifah-khalifah besar Dinasti Bani Umayyah ini adalah
1. Mu'awiyyah bin Abu Sufyan (661-680 M)
2. Abdul Al-Malik bin Marwan (685 - 705 M)
3. Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M)
4. Umar ibn al-Aziz (717-720 M)
5. Hisyam bin Abd al-Malik (724 - 748 M)
6. Marwan II bin Muhammad (127-133H / 744-750M)

Baca Juga : Doa Ketika Berbuka, Sahur, dan Niat Berpuasa Ramadhan

Dari segi cara hidup, para khalifah Dinasti Umayyah telah meninggalkan pola dan cara hidup Nabi Muhammad SAW dan al-Khulafa ar-Rasyidun. Hingga masa Ali, pemimpin negara berlaku sebagai seorang biasa tinggal di rumah sederhana, menjadi imam masjid, dan memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti kebanyakan orang Muslim lainnya.Namun, pada masa Dinasti Umayyah, yang mengadopsi tradisi sistem kerajaan pra-lslam di Timur Tengah, mereka menjaga jarak dengan masyarakat karena tinggal di istana yang dikelilingi oleh para pengawal.Mereka juga hidup dengan bergelimang kemewahan dan memiliki kekuasaan mutlak.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar